Kerajaan Salakanagara adalah kerajaan di nusantara yang berdiri antara 130-362 masehi. Salakanagara diyakini sebagai leluhur Suku Sunda, karena wilayah peradaban keduanya sama persis. Juga ada yang berpendapat menyebutkan bahwa Salakanagara disebut sebagai kerajaan paling awal di Nusantara. Sebelum Kerajaan Kutai yang disebut sebagai pemerintahan tradisional tertua di Indonesia pada abad ke 4.
Sejarah Terbentuk Kerajaan Salakanagara
Pendiri Kerajaan Salakanagara adalah Dewawarman, seorang pedagang yang berasal dari Pallawa, India. Dewawarman beserta pengikutnya menetap di sebuah wilayah, yang dikenal dengan nama Teluk Lada Pandeglang. Di sana terdapat sebuah perkampungan yang dipimpin oleh seorang penguasa lokal bernama Aki Tirem. Dewawarman yang berencana untuk menetap cukup lama, kemudian menikah dengan salah seorang putri Aki Tirem, yaitu Dewi Pwahaci Larasati.
Pernikahan yang dilakukan oleh Dewawarman diikuti oleh para pengikutnya. Mereka menikahi gadis-gadis lokal dan memilih untuk tidak kembali ke kampung halaman mereka di India. Mereka menetap untuk membentuk sebuah ikatan keluarga baru di perkampungan tersebut. Dewawarman dan pengikutnya cukup diterima di sana sehingga mereka nyaman untuk tinggal menetap.
Sumber : Tirto.id |
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa di wilayah Teluk Lada Pandeglang itu. Ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara, yang berarti Negeri Perak, pada 130 Masehi. Sebagai ibukota kerajaan, dipilihlah wilayah Rajatapura yang bertahan hingga tahun 362 M, sejak penguasa pertama hingga terakhir. Dewawarman pun menjadi raja pertama Salakanagara dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara.
Setelah kerajaan Salakanagara terbentuk, Dewawarman mulai melakukan ekspansi ke sejumlah wilayah untuk memperluas daerah kekuasaannya. Beberapa kerajaan kecil di sekitar Salakanagara berhasil ditaklukan, salah satunya adalah kerajaan Agnynusa, berarti Negeri Api, yang ada di wilayah Pulau Krakatau.
Kerajaan Salakanagara memerintah selama 232 tahun, terhitung sejak tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I hanya memerintah selama 38 tahun. Kemudian setelah ia meninggal digantikan oleh putranya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Kerajaan Salakanagara bertahan hingga Dewawarman VIII, bergelar Prabu Dharmawirya, yang memerintah sampai tahun 363 Masehi.
Setelah pemerintahan Prabu Dharmawirya, Kerajaan Salakanagara berada di bawah pemerintahan Kerajaan Tarumanegara, pimpinan Raja Jayasinghawarman. Jika dilihat dari silsilah keluarganya, raja Tarumanegara itu adalah menantu dari Raja Dewawarman VIII, yang berasal dari wilayah Calankayana di India. Setelah daerah kekuasaannya ditaklukan oleh kerajaan Maurya, Raja Jayasinghawarman mengungsi ke Jawa.
Letak Kerajaan Salakanagara
Mengenai lokasi pemerintahan pusat Kerajaan Salakanagara terdapat tiga versi. Pendapat pertama menyatakan letak Salakanagara di Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Berdasarkan Wangsakerta, demikian dinukil dari Carita Parahiyangan Karya Pangeran Wangsakerta (1991:57) yang disusun oleh Abdur Rahman dan kawan-kawan, terungkap bahwa kala itu nama Pandeglang adalah Rajatapura. Perkiraan tersebut masih diragukan oleh kalangan sejarawan sehingga versi kedua mengenai letak Kerajaan Salakanagara pun muncul. Menurut Ensiklopedia Jakarta: Culture & Heritage, Volume 3 (2005:71), Salakanagara berlokasi di Condet atau Ciondet, Jakarta Timur. Jarak kota ini ke pelabuhan Sunda Kelapa, hanya sekitar 30 km. Lokasi ini dianggap tepat karena Sunda Kelapa ketika itu adalah salah satu pusat para pedagang dari berbagai bangsa bertransaksi, termasuk Dinasti Han dari Cina.
Bukti lain mengenai Jakarta sebagai ibu kota Salakanagara diperkuat dengan adanya Sungai Tiram di Jakarta Utara. Abdurrahman Misno dan Bambang Prawiro dalam Reception Through Selection Modification (2016:327) menerangkan, nama Sungai Tiram berasal dari “Aki Tirem”, mertua Dewawarman I, sang pendiri Salakanagara. Ada pula versi ketiga yang menyebutkan Salakanagara berada di lereng Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Asumsi dari versi ini adalah bahwa kaki Gunung Salak sangat sering memperlihatkan warnanya keperak-perakan akibat cahaya matahari. Dari nama Gunung Salak dan peristiwa alam itu, maka dikaitkanlah nama Salakanagara atau "Negara Perak".
Raja-raja dan Keruntuhan Salakanagara
Dari catatan yang bisa ditemukan menyebut bahwa setidaknya ada 11 orang penguasa Salakanagara yang memerintah sejak berdirinya pada 130 Masehi hingga keruntuhan kerajaan ini pada 362 Masehi. Wangsekerta menyebut bahwa Salakanagara runtuh saat dipimpin oleh Raja Dewawarman IX pada abad ke-4 Masehi, tepatnya tahun 362 Masehi. Penyebab kehancuran Kerajaan Salakanagara ini adalah kemunculan kerajaan baru di tanah Sunda, yakni Tarumanegara. Salakanagara akhirnya takluk dan wilayahnya menjadi bagian dari penguasa baru telatah Sunda itu.
Daftar Penguasa Salakanagara
- Dewawarman I atau Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara (130-168 M)
- Dewawarman II atau Prabu Digwijayaksa Dewawarmanputra (168-195 M) Dewawarman III atau Prabu Singasagara Bimayasawirya (195-238 M) Dewawarman IV (238-252 M)
- Dewawarman V (252-276 M)
- Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M)
- Dewawarman VI (289-308 M)
- Dewawarman VII (308-340 M)
- Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M)
- Dewawarman VIII (348-362 M)
- Dewawarman IX (362 M)
Referensi:
https://www.merdeka.com/jabar/sepenggal-kisah-salakanagara-sunda-kerajaan-yang-disebut-tertua-di-nusantara.html
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/18/142720279/kerajaan-salakanagara-sejarah-letak-dan-raja-raja
https://kumparan.com/potongan-nostalgia/kerajaan-salakanagara-pemerintahan-tertua-di-nusantara/fullhttps://mmc.tirto.id/image/2017/10/24/kerajaan-salakanagara--mild--fuadREV_ratio-9x16.jpg